Sabtu, 06 September 2014

puisi-puisi angga wijaya

CATATAN PULANG
dan hujan.
kulihat anjing menggigil di
depan kamarmu.
kenangan pun basah; potret tua,
lukisan tua, dan waktu semakin renta
di remang senja
kau tak disini.
hanya nafasmu serupa
hujan membasahi dedaun,
bebatu, jalan kota
juga tubuhku.

YOGYA-4
“seperti apa rupaku dulu?”
tiba-tiba kau bertanya
aku tak menjawab
sudah lama kita
tak bertemu
banyak lelaki singgah
di hidupku.
kita memang tak bisa
lama bersama, kata Chairil
datanglah ke kotaku
mungkin masih tersisa asa
juga kenangan lama
diantara kita.

RANU SEMERU
Adakah mimpi tak terwujud
aku melihatmu bermimpi siang ini
kota-kota yang kau singgahi
hanyalah jarak tak terukur
Terkadang pertemuan jualah
mimpi paling sempurna
gunung-gunung bisu
danau-danau biru
mengantarmu ke tepi
Kini tibalah kau pada yang fana
telah sampai ke rumah
lama tak kau singgahi
kamar tidur masih seperti dulu
pintu berkarat kenangan
Dimanakah Ibu?
kenangan diam
tak bicara
hanya waktu
berlari
begitu cepat
wajahmu menua
dimakan usia.

REQUIEM
Dona
Nobis
Pacem

Kurasakan
dingin dadamu
malam ini
Menanti pagi
bunyi lonceng
usap sengal
perjamuan
Tak kudengar
nyanyian misa
pengakuan dosa
rosario para santo
Orang-orang
melintas cemas
lorong sempit
perjalanan
Tempat
apakah
ini ?
Hujan turun
sepanjang hari
iris tubuhku
jadi potongan
kematian
tanpa peta
reinkarnasi
baju-baju
yang berganti
Aku berjalan
di keramaian
pasar-pasar
kepedihan
hitam mata
serupa paku
sekejap
menelikung
ku
Kurasakan
dingin dadamu
malam ini.

Angga Wijaya lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Belajar menulis puisi sejak bergabung di Komunitas Kertas Budaya asuhan penyair Nanoq da Kansas. Pernah kuliah di jurusan Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana. Kini menetap di kota kelahirannya. Diambil dari Jogja Review, media ikon Jogja Seperti halnya Tugu Jogja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar