1.>Mata Bibir
Di beranda matamu
Tak terkira berapa kali air menetes deras
serupa tepi atap sehabis gerimis
Tak terkira berapa kali air menetes deras
serupa tepi atap sehabis gerimis
dari beranda matamu ada sepi bangku
duduk memberimu punggung
merindukan punggung
duduk memberimu punggung
merindukan punggung
di beranda matamu
tak terkira berapa lipatan
serupa meninggalkan tali jemuran
tak terkira berapa lipatan
serupa meninggalkan tali jemuran
dari beranda matamu ada bibir
berbicara diam sampai hitam lebam
tentang makanan apa kan tergenggam
berbicara diam sampai hitam lebam
tentang makanan apa kan tergenggam
2.>Suatu Hari Nanti Aku dan Ibuku
Burung gagak hitam di atas rumah
Mungkin melingkar terbang membawa pesan
Mungkin melingkar terbang membawa pesan
Tetangga-tetangga datang melewati ambang pintu
Berseragam hitam membawa doa
Berseragam hitam membawa doa
Cacing-cacing di akar kamboja ketakutan
Mungkin cangkul melayang menandai kematian
Mungkin cangkul melayang menandai kematian
Suatu hari nanti aku atau ibuku lebih dulu mati?
Di atas kuburmu kutinggalkan sekepal doa
Menetes dari luka yang tak sempat sembuh
Meninggalkanmu sendiri tidur yang sangat sepi
Menetes dari luka yang tak sempat sembuh
Meninggalkanmu sendiri tidur yang sangat sepi
Aku melangkah meninggalkan engkau kesepian
Tiada lagi sapa rupa rapi tubuhku
Menegurku untuk menyisir rambut sehabis mandi
Kecuali hanya nisan namamu
Tiada lagi sapa rupa rapi tubuhku
Menegurku untuk menyisir rambut sehabis mandi
Kecuali hanya nisan namamu
Sesampai di rumah kita darahku seperti tertusuk alif
Menjadi doa yang mengalir dari kenangan
Mengingatkan masa kecilku yang belajar rindu
Memeluk tubuhmu erat-erat sebelum berpisah
Menjadi doa yang mengalir dari kenangan
Mengingatkan masa kecilku yang belajar rindu
Memeluk tubuhmu erat-erat sebelum berpisah
Sesampai malam duka menghujani beranda rumah
Bendera kuning lemah lunglai
Menemaniku sendiri seperti menanti mati
Bendera kuning lemah lunglai
Menemaniku sendiri seperti menanti mati
Di atas kuburku engkau tinggalkan dua kepal doa
Menetes dari luka yang tak sempat sembuh
Meninggalkanku sendiri tidur yang hangat sepi
Menetes dari luka yang tak sempat sembuh
Meninggalkanku sendiri tidur yang hangat sepi
Engkau melangkah meninggalkan aku kesepian
Tiada lagi sapa rupa rapi tubuhku
Menegurmu untuk istirahat sehabis keringat menetes deras
Mungkin hanya nisan namaku yang menegurmu
Tiada lagi sapa rupa rapi tubuhku
Menegurmu untuk istirahat sehabis keringat menetes deras
Mungkin hanya nisan namaku yang menegurmu
Sesampai di rumah engkau bersikap entah apa
Kecuali rumah akan engkau sapu yang serupa duka
Sehabis tetangga sanak saudara menyisai telapak kaki sedih
Kecuali rumah akan engkau sapu yang serupa duka
Sehabis tetangga sanak saudara menyisai telapak kaki sedih
Sesampai malam duka menghujani rumah
Bendera kuning lemah lunglai
Engkau entah ke mana dan entah berbuat apa lagi
Bendera kuning lemah lunglai
Engkau entah ke mana dan entah berbuat apa lagi
3.>Kita Nama Saja
Di bukit itu kita menjadi kulit
Pohon, tertanam tumbuh
Mengarah matahari, tak kenal
Tanah, tak kenal
Kematian
Pohon, tertanam tumbuh
Mengarah matahari, tak kenal
Tanah, tak kenal
Kematian
Setahun kemudian
Di balik bukit itu kita menjadi kayu
Saja, terbelah terkampak
Menjadi api, berubah
Tanah, berubah
Nama saja
Di balik bukit itu kita menjadi kayu
Saja, terbelah terkampak
Menjadi api, berubah
Tanah, berubah
Nama saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar