Jumat, 24 Oktober 2014

puisi

Aku Tiba Padamu

aku terbangun dari waktu
yang gemulai kaku
membawa tatap angkuh
dan cemas nasib yang rusuh

salib aku
ketika orang-orang bersidekap pucat
di tengah ramainya kelahiran
bagi amsal permulaan

aku kini menjelma diam
daun dan batu di hening kenangan
dan badai harapan
yang menyeruak padam
di halaman

“kau tuan
bagi tiap rumah”
dan aku tiba padamu”


Kasidah Kepergian

bila segalanya raib
dengan suara daud engkau kunyanyikan

kupahami air mata
ngalir menanda sedih
membatu kemudian
pecah di tongkat musa
menjelma laut bagi perahu nuh
: kepergianmu

aku mencarimu dalam abad perjalanan khidir
rindu menyalakan api
di hati waktu yang terlahir dan mati


Mahar Purnama

akan kau temui ketika pintu terbuka
memberi jalan, namaku tergantung di situ
menyibakkan angin ke putih matamu

kita telah lama menyaksikan tangan-tangan
membaui udara dan matahari yang telanjang
musim-musim beranjak sendiri
dan kita lipat bayangan
untuk abadi

umpama laut, riaknya berayun ke ulu hati
membikinkan aku perahu
yang ditempa dari tulang dan nafasmu
mengangkut doa-doa kita
pada tahun-tahun berbunga
kenangan-kenangan merimbun di dada

bila malam membangunkan cahaya
purnama merah terbit dari darahku
menulis namamu di langit
dan rebah di ruang jantungmu paling sunyi
menamai perjalanan panjang yang pasti, peluklah
rindu telah sempurna diperkawinkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar