Selasa, 09 Juni 2015

puisi

Panorama Waktu
Aku lemparkan tubuhku dalam lautan kesunyian yang menggigilkan rupa keberadaanku. Dengan kedalaman lautan tak bertepi. Harihari menjadi lipatan waktu yang tak tersentuh alam pikir, menelan segala kenang masa lalu: masa kanak-kanak. Digilas oleh panorama waktu yang menjelma mitos sejarah. Kumasuki negeri asing, dengan sunyi yang diam-diam, kutemukan wajahku yang tak serupa dengan wajahku. Oh, alangkah asingnya wajah ini!
Kupotong wajah itu dengan pisau perantuan, lalu kuambil wajah itu kumasukkan dalam celah-celah wajahku untuk melangkapi elok rupaku, tapi tak jadi-jadi juga. Di karang-karang kutemukan mata penuh api membakar, melelehkan kepala. Oh, alangkah pedihnya tubuh ini!
Pernah sekali kau ulurkan tali halus: sehalus sutra. Tubuhku tak bisa terjamah oleh seutas tali; ia liar, buas dan kejam! Jangan kau sentuh tubuh yang liar ini. biarlah ia pada pengasingannya sediri.
Dan tak punya tubuh, dan tak punya kaki, dan tak punya tangan. Kurenangi laut, kupanjat sejarah yang melilit pada waktu. Api itu terus membakar hatiku. Sakitkah? Pedihkah? Kematian? Surga? Neraka? Atau taman cinta?
Diselah-salah gelap malam kutemukan tubuh kemerdekaan telah menjadi bangkai kenagan masa silam, baunya sangat menyengat para pujangga yang lalu-lalang dipersimpangan kiri jalan, tergelatak pada huruf-huruf air mata. Kupikir aku bisa merengkainya dengan hati yang tulus dan kerja keras.
Api itu terus menjilati tubuhku, perlahan lahan juga menjilati tubuhmu. Sampai semua sirna menjadi abu yang dengan sederhana diterbangkan oleh angin.
Oh, tubuh. Oh, kemerdekaan! Alangkah malang nasibmu.
Yogyakarta; juni 2013

Begitulah Waktu Memahat Hidup
Lihatlah! Kita telah melakukan perlawanan. Oh, betapa hebatnya kita dengan wajah yang tampak tolol, memainkan pedang waktu, seolah tak mengenal lelah dan putus asa dan kematian! Layaknya kita menyerupai pahlawan dungu atau pahlawan kesiangan. Mencari musuh pada bayang-bayang kemerdekaan. Tapi, lihatlah! Kita selalu kalah. Kita kalah, semangat membeku bersama irisan waktu!.
Kita hanya mengejar angan utuk sekedar meracik tanda bahwa kita belum merdeka. Tanda yang tak pernah tersampaikan. Kita yang meracik tanda, kita yang membacanya, olehnya itu kita pulalah yang mengertinya. Seperti orang gila menghitung tetes hujan yang jatuh ke bumi.
Kita telah merasa mampu melakukan segalanya, dengan suara yang lantang dan kepalan tangan kiri keatas. Terik matahari menjadi ujian. Tapi matahari tak punya telinga tuk mendengar suara. Dan kita tatap begini adanya; tak punya apa-apa. Orang bilang kita telah gila. Dan kita begitu merasa yatim piatu.
Kita kian terasing dari kata-kata dan segalanya, kita terseok dan terpuruk dan bungkam mengikuti waktu tapi waktu tak lagi peduli serta dunia semakin pudar. Kita menjadi terdakwa dari sejarah yang adil. Oh, alangkah tololnya.
Dan begitulah waktu memahat hidup
Menulis nasib.
Yogyakarta 08 Jun. 13

Sibuta Dari Negeri Asing
Aku lebih gelap dari malam, tak mampu melihat kebaikan dan kejahatan, atau aku berada diantara keduanya; adalah kebaikan dan kejahatan. Berikan aku hatimu menuju cahaya cintamu. Akulah sibuta dari negeri asing. Melangkah ragu menuju persimpangan antara masa lalu dan masa depan, menyusuri gelap dan terang. Yang ada hanya warna kelam yang berlapis-lapis dan selebihnya adalah waktu.
Sesekali aku ingin memanjat matahari mengintip tuhan semedi pada tempat persembunyiannya. Yang kulihat hanya sekelompok manusia tak berwajah sedang bermain kelereng. Kemana tuhan? Aku ingin mengambil matanya. Dimana tempat semedinya? Ah, tuhan tak ada, pun semedi tak ada.
Aduh, saat itu aku ambil matahari, lalu kutempelkan pada mataku untuk melihat malam. Tapi tak juga aku bisa menyantuh malam, hanya sesekali malam titip salam pada senja. Mataku meleleh, dan badanku dan jantungku. Inilah aku yang hanya menghamba pada bayangan kesunyian.
Sebelum semua rahasia terungkap dan tak ada lagi yang bisa dirahasiakan. Berikan aku cahayamu dan buat saya tak bisa hidup dan tak bisa mati!
Yogyakarta 09 Jun. 13

cerpen dunia sopie


DUNIA SOPIE
 Seorang anak berumur 14 tahun belajar filsafat yang bermula dari seseorang mengirimi surat yang tampa nama (surat misterius), suatu ketika dia datang dari sekolah melihat tempat surat karna biasanya dia mendapat surat dari ayahnya yang bekerja sebagai nahkoda kapal, ayahnaya menghabiskan waktu di kapal bersama dengan anak bawahannya.
  Dia muelihat kotak surat, dia mendapat surat dari ayahnya dan beberapa surat dari bank untuk  ibunya, di sela-sela surat itu terdapat surat yang tertulis namanya sopie amunsond surat itu tanpa asal dan nama pengirimnya, sopie masuk kerumahnya menyinpan surat yang untuk ibunya di meja makan kecuali surat dari ayahnya dan surat misterius yang dia temukan di kotak surat lalu membawa kekamarnya.
 Untuk menutupi rasa penasarannya, sopie membuka surat misterius itu dan mendapat tulisan pendek yang hanya ada dua kata:  siapa kamu?.
 Sopie sangat bingun dengan kata yang tertera di surat itu, dia selalu memikirkan kata-kata itu, Sopie masuk kemar mandi untuk bercermin dan melihat bayangan yang mirip dengannya yang ada di dalam cermin  dia menanyakan kepada cermin itu sipakah kamu apakah “kamu adalah aku atau aku adalah kamu” namun bayangan itu tidak menjawab apa-apa,sopie makin pusing dia menggerakkan tangannya orang yang ada dalam cermin itu mengikuti gerakan yang dilakukan oleh sopie .
 Waktu itu, jam 5 sore ibunya datang dari bekerja, sopie mendorong ibunya ke sofa lalu menanyakan kepada ibunya siapakah aku dan siapah kamu, ibunya kaget lalu lalu bertanya  obat apa sudah kamu minum, jangan-jangan kamu sudah ikut pergaulan bebas jangan kamu ikut-ikutan dengan orang yang tidak berpendidikan.
 Sopie tersenyum lalu bertanya sipakah aku, ibunya menjawab kamu adalah sopie anak dari amunsond, Sopie tidak menganggap itu adalah jawaban yang tepat, Sopie masuk kekamarnya lalu untuk mengerjakan tugas dari sekolahnya, namun dia selalu mengingat surat itu, dia meninggalkan bukunya di kamarnya lalu pergi ketempat surat lagi dengan harapan dia mendapat surat penjelasan dari orang yang mengrimi surat, dia membuka kotak surat dan mendapatkan surat yang sama mesteriusnya dengan surat yang pertama yang dia dapatkan namun dia tidak mendapatkan seperti apa yang diinginkannya namun mendapat tambahan pertanyaan yaitu: Dari mana datangnya dunia?.
 Pertanyaan itu menambah kebingungan Sopie, sopie pergi ketempat persembunyiannya, di samping rumah sopie ada semak-semak yang selalu menjadi tempat sopie ketika dia senang senang, sedih, namun kali ini sopie pergi ketempat iu danga membawa kebingungan.
 Sopie membuka lagi surat mesterius itu , siapa kamu dan dari mana datangnya dumia, sopie tidak mempunyai gagasan kecuali yang di ketahuinya bahwa dunia adalah pelanet kecil di angkasa, di dalam hatinya timbul sebuah pertanyaan dari manakah angkasa itu berasal? Tapi kalau bumi itu berasal dari angkasa maka angkasa itu pasti berasal dari sesuatu yang lain dan pasti lagi sesuatu itu berasal dari sesuatu yang lain lagi, sopie makin pusing, dia mencoba menghibur dirinya dengan pelajaran yang didapat dari sekolah bahwa tuhan menciptakan segala sesuatu, namun di dalam hatinya muncul protes kalau tuhan menciptakan segala sesuatu  lalu bagaimana dengan dirinya sendiri? Akankah dia mencipakan dirinya dari ketiadaan.
 Oooh persetan!
 Dia membuka kedua amplop itu lagi.
 Siapa kamu?
 Dari mana bumi  ini berasal?
Surat misterius datang lagi:
 pertanyaan-pertanyan itu adalah pertanyan  para filosofis karna mereka yakin bahwa filsafat itu muncul dari rasa keingin tahuan manusia, sopieku sayang di dunia ini semua orang mempunyai hobi, ada yang hobinya membaca, hobinya berolahraga, mengurus batu akik, namun ketika saya suka membaca saya tidak bisa memaksakan orang lain untuk ikut denga hobiku dan mungkin saja orang lain menganggap membaca itu adalah sesuatu yang paling membosankan, namu adakah sesuatu yang bisa membuat semua orang suka.
 Kita tidak perlu memikirkan hal yang seperti itu, banyak hal yang luar biasa yang harus kita pikirkan, kita tahu bahwa kita tercipta dari sesuatu dari sesuatu yang lain, namun sesuatu yang lain itu dari mana?
 Jangan-jangan kita seperti seekor kelinci yang ditarik keluara dari dari topi sang pesulap yang sudah diperlihatkan kepada penononton bahwa topi itu kosong, namun kita tahu bahwa itu hanyalah tipu daya yang dilakukan kepada penontonnya atau jangan-jangan kita ada di dalam sela-sela bulu kelinci itu yang kebanyakan orang-orang terbawa oleh kelembutan bulu kelinci itu, namun para filosof telah berusaha memanjat helaian-helaian lembut bulu kelinci itu untuk menatap mata sang pesulap.
  para filosof  pra-Socratess sudah membicarakan dari mana asalnya bumi, Tales beranggapan bahwa segala sesuatu itu berasal dari air dengan alsan bahwa semua benda terdapat 75% kandungan air di dalamnya dan banyak lagi filosofi sezaman dengan Thales bahkan sesudah Thales seperti Pitagoras yang beranggapan bahwa sesuatu itu terbentuk dari partikel-partikel dimana partikel-patikel pertikel itu tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dihancurkan.

 Sopie menemukan sedikit jawaban dari pertanyaan itu, namu di dalam hatinya selalu muncul pertanyaan yang semakin lama semakin membuat dia pusing sehinggahingga dia semakin tertarik dengan filsafat dengan tujun mendapat jawaban dari kebingungan-kebingungan yang dia dapatkan baik kebingun tentang realita-realita di sekitarnya yang dia anggap aneh, di setiap jawaban yang dia dapatkan selalu miuncul pertanyaan lagi hingga akhirnya sopie semakin mendalami filsat.

Kamis, 30 Oktober 2014

EMPAT NABI YANG MASI HIDUP SAMPAI SEKARANG.

1. Kisah Nabi Isa Alaihissalam
Al-Qur’an menerangkan dalam surat AnNisaa':157 bahwa Nabi Isa AS tidaklah dibunuh maupun disalib oleh orang-orang Kafir. Adapun yang mereka salib adalah orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah SWT seperti Nabi Isa AS (sebagian ulama berpendapat orang yang diserupakan adalah muridnya yang berkhianat yang bernama Yudas Iskariot) dan karena ucapan mereka:
“Sesungguhnya kami telah membunuh AlMasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
(An Nisaa’ : 157)
sky.jpg
Nabi Isa AS diselamatkan oleh Allah SWT dengan jalan diangkat ke langit dan ditempatkan disuatu tempat yang hanya Allah SWT yang tahu tentang hal ini. AlQur’an menjelaskan tentang peristiwa penyelamatan ini. ”Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’ :158)
(Khotib)
2. Kisah Nabi Khidir Alaihissalam
Pada saat Raja Iskandar Dzul Qarnain pada tahun 322 S. M. berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi, Allah SWT mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rofa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang, Raja Iskandar Dzul Qarnain berkata kepada malaikat Rofa’il: “Wahai malaikat Rofa’il ceritakan kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit ”,
malaikat Rofa’il berkata, “Ibadah para mailaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya ”.
Kemudian raja berkata, “Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah ”.
Lalu malaikat Rofa’il berkata, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air bumi, namanya ‘Ainul Hayat’ yang berarti, sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan ”.
Kemudianya raja bertanya kepada malaikat Rofa’il, “Apakah kau tahu tempat “Ainun Hayat itu?”.
mailaikat Rofa’il menjawab, “Bahwa sesungguhnya Ainun Hayat itu berada di bumi yang gelap ”.
Setelah raja mendengar keterangan dari malaikat Rofa’il tentang Ainul hayat, maka raja segera mengumpulkan ‘Alim Ulama’ pada zaman itu, dan raja bertanya kepada mereka tentang Ainul Hayat itu, tetapi mereka menjawab, “Kita tidak tahu khabarnya, namun seoarng yang alim di antara mereka menjawab, “ Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat di bumi yang gelap ”.
“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya raja.
Seorang yang alim menjawab, “Di tempat keluarnya matahari”.
royo_bestof_023.jpg
Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada sahabatnya. “Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap ?”.
Para sahabat menjawab, “Kuda betina yang perawan”.
Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan-perawan, lalu raja memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang dipilih yang cendikiawan dan yang ahli mencambuk.
Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS, bahkan beliau menjabat sebagai Perdana Menteri. Kemudian berjalanlah mereka dan Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya dan mereka jumpai dalam perjalanan, bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat.
Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai ditepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian seorang yang sangat cendikiawan mencegah Raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya, berkata ia kepada raja. ”Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini karena tempat yang gelap ini berbahaya. ”
Lalu Raja berkata: ” Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak.”
Kemudian ketika Raja hendak masuk, maka meraka semua membiarkannya. Kemudian Raja berkata kepada pasukannya: ”Diamlah, tunggulah kalian ditempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang pada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik, dan jika aku tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian”.
Kemudian raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: ” Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ?”.
“Tidak bisa kelihatan”,jawab malaikat Rofa’il,” akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian.”
Kemudian Raja Iskandar Dzul Qurnain masuk ke tempat yang gelap itu bersama sekelompok pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu selama 18 hari tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam dan siang, tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi oleh Nabi Khidlir AS.
Di saat mereka berjalan, maka Allah SWT memberi wahyu keapda Nabi Khidlir AS, ”Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu ”.
Setelah Nabi Khidlir menerima wahyu tersebut, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya: “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian. ”
Kemudian beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidlir AS turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “Ainul Hayat” (sumber air kehidupan) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air kehidupan tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis daripada madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut, kemudian beliau keluar dari tempat Ainul Hayat itu terus menemui Raja Iskandar Dzulkarnain, sedangkan raja tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Nabi
Khidlir AS, tentang melihat Ainul Hayat dan mandi.
(Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah), dia berkata, bahwa Nabi Khidlir AS adalah anak dari bibi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Dan raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdengar oleh raja suara gemercik di bawah kaki kuda, kemudian Raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: “Gemercik ini adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga. ”
Kemudian di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu, ternyata bahwa benda tersebut adalah yakut yang berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau, maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak mengambilnya, bahkan lebih menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari: Iman Ali Rodliayllohu ‘ anhu.
1. Cerita ini dikutib dari kitab “ Baidai’iz karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga s Semarang.
2. Cerita dari Kitab Nuzhatul Majalis Karangan Syeikh Abdul Rohman Ash-Shafuri.
Penerbit Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258.
(Salafy Tobat)
3. Kisah Nabi Idris Alaihissalam
Lalu keduanya menerusakan perjalanan sampai empat hari lamanya dan selama itu pula Nabi Idris AS menemukan keanehan yang ada pada Malaikat itu dan Nabi Idris AS bertanya: ”Hai tuan, kamu ini sebenarnya siapa?”,
Malaikat itu menjawab: ”Saya adalah malaikat pencabut nyawa”.
Nabi Idris AS bertanya:” Apakah kamu akan mencabut nyawa manusia?”,
Malaikat menjawab:”Ya”,
Nabi Idris AS bertanya: ”Apakah kamu juga mencabut nyawa selama dalam perjalanan bersama saya?”,
Malaikat menjawab: ”Ya, saya telah mencabut beberapa nyawa manusia dan sesungguhnya nyawa manusia itu adalah bagaikan hidangan makanan, sebagai mana kamu menghadapi sesuap makanan saja”.
Nabi Idris AS berkata: ”Dan apakah kamu datang ini untuk mencabut nyawa saya atau sekedar berkunjung?”,
Malaikat menjawab: ”Saya datang hanya untuk berkunjung”,
Nabi Idris AS berkata: ”kalau begitu saya punya hajat kepadamu”,
Malaikat menjawab: ”Hajat apa, hai Nabi Idris?”
Nabi Idris AS berkata: ”Saya ingin agar kamu mencabut nyawa saya, lalu memohonlah kepada Allah untuk menghidupkan saya sehingga saya bisa beribadah kepada Allah sesudah merasakan sakitnya mati”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa mencabut nyawa seseorang tanpa seijin Allah”.
Lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Cabutlah nyawa Idris!”.
Kemudian malaikat itu mencabut nyawa Nabi Idris AS dan matilah Nabi Idris AS lalu Malaikat menangis sambil merendahkan diri untuk memohon kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris AS kembali, kemudian Allah menghidupkan Nabi Idris AS, lalu malaikat bertanya: ”Hai Nabi Idris bagaimana rasanya mati itu?”.
Nabi Idris AS berkata:”Sungguh rasanya mati itu bagaikan binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup, sedang rasa mati itu melebihi 100X lipat rasa sakit binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup”.
Malaikat menjawab:”Hai Nabi Idris, padahal saya mencabut nyawamu itu dengan cara hati-hati dan sangat halus dan ini belum pernah saya lakukan kepada siapapun”.
Nabi Idris AS berkata: ”Saya mempunyai hajat yang lain kepadamu, yaitu ingin melihat neraka jahannam, agar saat melihat itu saya lebih banyak beribadah kepada Allah”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa masuk neraka jahannam tanpa ada izin dari Allah”, lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Pergilah kamu bersama Nabi Idris ke neraka jahannam”.
Kemudian malaikat bersama Nabi Idris AS pergi ke neraka jahannam, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala yang dipersiapkan untuk menyiksa di neraka jahannam, lalu keduanya kembali dari neraka jahannam. Nabi Idris AS berkata: ”Saya punya hajat lagi kepada kamu, agar kamu mengajakku pergi ke syurga,dan setelah itu saya akan menjadi hamba yang lebih taat dalam beragama”.
Malaikat berkata: ”Saya tidak bisa masuk syurga tanpa ada ijin dari Allah”.
Lalu Allah AS berfirman: ”Hai Malaikat pergilah kamu bersama Idris ke syurga”.
nabawiraudhah.jpg
Dan keduanya pergi ke syurga dan berhanti di depan pintu syurga, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala kenikmatan yang ada dalam syurga, melihat kerajaan yang banyak, melihat anugerah yang banyak dan melihat pepohonan dan buah-buahan yang beraneka macam ragamnya.
Nabi Idris berkata: ”Wahai Malaikat, saya telah merasakan mati, telah melihat segala macam siksaan dalam neraka, lalu mohonlah kepada Allah, agar ia memberi izin saya masuk ke syurga, sehingga saya dapat minum air syurga dan sakit saya menjadi hilang serta terhindar dari neraka jahannam”.
Lalu Allah Berfirman kepada malaikat: ”Masuklah kamu ke syurga bersama Idris”,
kemudian keduanya masuk syurga dan Nabi Idris AS meletakan sandalnya di bawah salah satu pohon di syurga, dan setelah keluar dari syurga.Nabi Idris berkata kepada Malaikat: ”Sungguh sandal saya tertinggal di syurga, maka kembalikan saya ke syurga”,
dan setelah Nabi Idris AS tiba di syurga, Nabi Idris AS tidak mau di ajak keluar, ia ingin tetap tinggal dalam syurga, hingga Malaikat berteriak:”Hai Nabi Idris, keluarlah”,
dan Nabi Idris AS tetap tidak mau keluar, dan berkata: ” Karena Allah telah berfirman”: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…”(Q.Surat Ali’imran ayat 185), Sedang saya telah merasakan mati. Dan Allah Berfirman: “Dan tidak seorangpun darimu, melainkan mendatangi neraka itu….” (Q.Surat Maryam ayat 71). Dan sungguh saya telah memasuki neraka jahannam, dan Allah juga berfirman: “…….. dan sekali-kali mereka tidak akan di keluarkan dari padanya (syurga)”. (Q.Surat AL Hijr ayat 48)”.
Malaikat berkata: ”Lantas siapa yang akan mengeluarkan mu?”.
Lalu Allah berfirman kapada Malaikat: ”Tinggalkanlah Nabi Idris di syurga, sungguh Aku telah menetapkannya, bahwa ia termasuk ahli syurga”,
kemudian Malaikat itu meninggalkan Nabi Idris AS di syurga dan tetaplah Nabi Idris AS berada dalam syurga untuk selama-lamanya.
(Blog Anak Indonesia Timur)
4. Kisah Nabi Ilyas Alaihissalam
Ketika sedang beristirahat datanglah Malaikat kepada Nabi Ilyas AS, Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Nabi Ilyas AS menjadi sedih dan menangis.
“ Mengapa engkau bersedih?” tanya Malaikat maut.
“ Tidak tahulah.” Jawab Nabi Ilyas AS.
“Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut ?” tanya Malaikat.
“Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali karena aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berzikir memuji Allah, ” jawab Nabi Ilyas AS.
Saat itu Allah SWT lantas menurunkan wahyu kepada Malaikat agar menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas AS berzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas AS ingin terus hidup semata-mata karena ingin berzikir kepada Allah SWT. Maka berzikirlah Nabi Ilyas AS sepanjang hidupnya.
surga.jpg
“ Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berzikir kepada-Ku sampai akhir nanti. ” Firman Allah SWT. 

Jumat, 24 Oktober 2014

puisi.

ROKOK DAN PENDOA YANG TUTUP USIA

Rokok terakhir bagi para pendoa
Adalah debu dalam ingatan
Kekosongan seperti pulsa yang habis masa aktifnya
Penyakit berlindung dalam tubuh yang ringkih
Asap rokok menjadi kekasih
Obat perlahan membakar isi otak
Kering kerontang dalam dosis cinta berlebihan
Rokok terakhir bagi para pendoa
Bukanlah tempat bernama surga
Baju-baju berbau apak memenuhi lemari
Baju-baju berteriak tak mau ditinggal sendiri
Rokok terakhir adalah gelas kosong
Menjadi kosong untuk diisi
Menjadi isi untuk dikosongi


KOTA JEMBER

Cahaya lampu neon
Menghalau segala gelap di jalanan kota
Angin ribut terusir bersama dingin
Hiruk pikuk pejalan kaki mabuk berbelanja di siang hari
Para pecinta berjalan sempoyongan
Gairah terpetik bersama merah lampu dan beberapa tandu
Malam adalah ketidakpedulian bersama parade yang tak pernah selesai
Penjaja tubuh di kegelapan mendengar kaki-kaki tembaga berjalan tergesa
Menyumpahi orang-orang yang telat tiba
Pekerjaan malam membuahkan selimut hangat di rumah
Sedangkan rumah bagi mereka adalah selasar toko yang bising oleh pekik pembeli
Suara dan bayangan apakah sama,
apakah peduli pada hantu-hantu yang bersembunyi di jam dinding
Kemana perdamaian bersemayam?
Raungan senjata dan bombardir produk kota
Mengangkut banyak sampah ke tepian
Jam sibuk para pekerja
Seperti tak ada waktu untuk berterimakasih kepada tetangga

puisi

Aku Tiba Padamu

aku terbangun dari waktu
yang gemulai kaku
membawa tatap angkuh
dan cemas nasib yang rusuh

salib aku
ketika orang-orang bersidekap pucat
di tengah ramainya kelahiran
bagi amsal permulaan

aku kini menjelma diam
daun dan batu di hening kenangan
dan badai harapan
yang menyeruak padam
di halaman

“kau tuan
bagi tiap rumah”
dan aku tiba padamu”


Kasidah Kepergian

bila segalanya raib
dengan suara daud engkau kunyanyikan

kupahami air mata
ngalir menanda sedih
membatu kemudian
pecah di tongkat musa
menjelma laut bagi perahu nuh
: kepergianmu

aku mencarimu dalam abad perjalanan khidir
rindu menyalakan api
di hati waktu yang terlahir dan mati


Mahar Purnama

akan kau temui ketika pintu terbuka
memberi jalan, namaku tergantung di situ
menyibakkan angin ke putih matamu

kita telah lama menyaksikan tangan-tangan
membaui udara dan matahari yang telanjang
musim-musim beranjak sendiri
dan kita lipat bayangan
untuk abadi

umpama laut, riaknya berayun ke ulu hati
membikinkan aku perahu
yang ditempa dari tulang dan nafasmu
mengangkut doa-doa kita
pada tahun-tahun berbunga
kenangan-kenangan merimbun di dada

bila malam membangunkan cahaya
purnama merah terbit dari darahku
menulis namamu di langit
dan rebah di ruang jantungmu paling sunyi
menamai perjalanan panjang yang pasti, peluklah
rindu telah sempurna diperkawinkan

puisi.

1.>Mata Bibir
Di beranda matamu
Tak terkira berapa kali air menetes deras
serupa tepi atap sehabis gerimis
dari beranda matamu ada sepi bangku
duduk memberimu punggung
merindukan punggung
di beranda matamu
tak terkira berapa lipatan
serupa meninggalkan tali jemuran
dari beranda matamu ada bibir
berbicara diam sampai hitam lebam
tentang makanan apa kan tergenggam
2.>Suatu Hari Nanti Aku dan Ibuku
Burung gagak hitam di atas rumah
Mungkin melingkar terbang membawa pesan
Tetangga-tetangga datang melewati ambang pintu
Berseragam hitam membawa doa
Cacing-cacing di akar kamboja ketakutan
Mungkin cangkul melayang menandai kematian
Suatu hari nanti aku atau ibuku lebih dulu mati?
Di atas kuburmu kutinggalkan sekepal doa
Menetes dari luka yang tak sempat sembuh
Meninggalkanmu sendiri tidur yang sangat sepi
Aku melangkah meninggalkan engkau kesepian
Tiada lagi sapa rupa rapi tubuhku
Menegurku untuk menyisir rambut sehabis mandi
Kecuali hanya nisan namamu
Sesampai di rumah kita darahku seperti tertusuk alif
Menjadi doa yang mengalir dari kenangan
Mengingatkan masa kecilku yang belajar rindu
Memeluk tubuhmu erat-erat sebelum berpisah
Sesampai malam duka menghujani beranda rumah
Bendera kuning lemah lunglai
Menemaniku sendiri seperti menanti mati
Di atas kuburku engkau tinggalkan dua kepal doa
Menetes dari luka yang tak sempat sembuh
Meninggalkanku sendiri tidur yang hangat sepi
Engkau melangkah meninggalkan aku kesepian
Tiada lagi sapa rupa rapi tubuhku
Menegurmu untuk istirahat sehabis keringat menetes deras
Mungkin hanya nisan namaku yang menegurmu
Sesampai di rumah engkau bersikap entah apa
Kecuali rumah akan engkau sapu yang serupa duka
Sehabis tetangga sanak saudara menyisai telapak kaki sedih
Sesampai malam duka menghujani rumah
Bendera kuning lemah lunglai
Engkau entah ke mana dan entah berbuat apa lagi 
3.>Kita Nama Saja
Di bukit itu kita menjadi kulit
Pohon, tertanam tumbuh
Mengarah matahari, tak kenal
Tanah, tak kenal
Kematian
Setahun kemudian
Di balik bukit itu kita menjadi kayu
Saja, terbelah terkampak
Menjadi api, berubah
Tanah, berubah
Nama saja

Jumat, 12 September 2014

ayat tentang menuntut ilmu dan hadistnya

AYAT TENTANG MENCARI ILMU.
    Surah al-Mujadilah ayat 11
يَآيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْآ اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجَلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ اَمَنُوْا مِنْكُمْ وَ الَّذِيْنَ اُوْتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَتٍ وَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ـ المجادلة
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).
 PENJELASAN AYAT.
.Surah al-Mujadilah ayat 11 menerangkan tentang etika (sopan santun) bila berada dalam suatu majlis dan kedudukan orang yang beriman, serta orang yang berilmu pengetahuan.
Ayat ini turun berkenaan dengan suatu peristiwa, yaitu Rasulullah saw. pada suatu hari, yakni hari Jumat sedang beada di Shuffah (yaitu ruang tempat berkumpul dan sesekali dijadikan tempat tinggal sementara sahabat yang tidak mempunyai rumah tangga). Tempat itu agak sempit. Para sahabat baik dari kalangan Anshar maupun Muhajirin telah berkumpul mengelilingi Rasulullah saw. Beberapa orang sahabat yang mengikuti perang Badar telah hadir. Kemudian datang pula yang lain. Mereka yang baru datang memberi salam, dan Rasul pun serta sahabat menjawab salam tersebut. Tapi mereka yang datang lebih dahulu (yang sudah duduk) tidak bergeser sedikit pun dari tempat duduknya, sehingga mereka yang baru datang berdiri terus. Melihat hal itu, Rasulullah saw. merasakan kurang senang karena di antara yang baru datang itu ada sahabat-sahabat yang mendapat penghargaan istimewa dari Allah, mereka turut dalam perang Badar. Akhirnya Rasulullah saw. bersabda kepada sahabat yang bukan ahli Badar: “Hai Fulan! Berdirilah engkau! Hai Fulan! Berdirilah engkau!” Lalu beliau menyuruh duduk para ahli Badar itu. Tapi yang disuruh berdiri ada yang wajahnya menunjukkan ketidaksenangannya dan orang munafik yang turut hadir ada yang membisikkan celaannya seraya berkata: “Itu perbuatan yang tidak adil, demi Allah! Padahal ada orang yang dari semula sudah duduk karena ingin mendekat dan mendengar, tiba-tiba berdiri dan tempatnya diduduki orang yang baru datang.” Melihat yang demikian Rasulullah saw. bersabda:
رَحِمَ اللهُ رَجُلاً يَفْسَحُ لِاَخِيْهِ ـ رواه ابى حاتم
Artinya: “Dirahmati Allah seseorang yang melapangkan tempat buat saudaranya.” (H.R. Abu Hatim).
Maka turunlah ayat di atas. Inilah sebab turunnya ayat di atas menurut Muqatil bin Hubban.
Dalam suatu majlis tentu ada orang yang datang terlebih dahulu sehingga tempat duduk bersama itu sudah terisi dan kelihatan sempit, karena sempitnya orang yang datang kemudian tidak lagi mendapat tempat, lalu dianjurkan oleh Rasulullah agar yang duduk terlebih dahulu melapangkan tempat bagi yang datang kemudian. Sebenarnya yang sempit itu bukanlah tempatnya, melainkan hatinya. Tabiat manusia yang mementingkan diri sendiri membuatnya enggan memberikan tempat kepada orang yang baru datang. Jadi, dalam hal ini “hati” sangat berperan. Contoh: Ketika kita sedang berada di sebuah kendaraan umum dan mendapat tempat duduk; setelah itu banyak orang lain yang naik, mereka tidak dapat tempat duduk. Di antara mereka ada laki, wanita, tua, muda, hati kita iba melihat nenek tua berdiri bergelantungan di kendaraan. Untuk itu kita persilakan nenek tersebut duduk di tempat kita sementara kita ikhlas dan bersenang hati untuk berdiri. Atau di antara penumpang yang berdiri itu adalah kawan dekat kita maka dengan tulus kita ajak dia duduk bersama-sama. Karena hati lapang maka tempat duduk yang sempit itu pun terasa lapang, bahkan kita bangga dapat menolongnya. Lebih-lebih, jika yang kita lihat itu orang yang kita hormati dan segani. Jadi, jelaslah apabila hati sudah terbuka maka tidak ada lagi alasan sempit dan kita mengalah demi orang yang kita hormati dan segani.
   HADITS MENCARI ILMU.-
                   -. Hadits “Kewajiban Mencari Ilmu”
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
Artinya : ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim perempuan”. (HR. Ibnu Abdil Barr)
                   -. Hadits “Menginginkan Kebahagiaan Dunia-Akhirat Harus Wajib dengan Ilmu”
مَنْ أَرَا دَالدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَالْاآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Artinya : ”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan Akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”. (HR. Turmudzi)
-                  . Hadits “Keutamaan Mencari Ilmu”
مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبُ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ
Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)
                     -. Hadits “Kewajiban dan Keutamaan Menuntut Ilmu”
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى
الْجَنَّةِ
Artinya : ”Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)
-                   . Hadits “Menuntut Ilmu”
أُطْلُبِ الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى الَّلحْدِ
Artinya : ”Carilah ilmu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”. (Al Hadits)